Kamis, 8 Maret 2007
Belum habis kejengkelan ku dengan mesin ATM, ternyata sudah menanti kejengkelan yang lainnya.
Begitu aku naik lift dan tiba di lantai 8, yang pertama kali aku lihat adalah aksi seorang mahasiswa yang sedang menyalakan korek untuk menyalakan rokoknya.
Alloooo mass... no smoking in this area please!!!!
Oiiii pengumuman dan sanksi dah dipasang tapi tetep aja ada yang merokok.
Aku bukan orang yang anti dengan rokok, toh aku dulu juga perokok.
Dan tidak sedikit juga dari antara teman-temanku yang perokok berat.
Tapi tolong yach hargai juga kenyamanan dari beberapa orang yang memang gak suka dengan asap rokok.
Apa susahnya sich menahan diri sebentar untuk tidak merokok.
Toh area lab sendiri memang bukan ditujukan untuk merokok tapi untuk berksekplorasi mengembangkan nalar.
Dari pada sibuk menghisap asap rokok khan lebih baik kalau menyibukkan diri untuk memutar otak dan mempelajari ulang materi perkuliahan yang diberikan. Bukankah itu lebih kontekstual bila dilihat dari sudut pandang peran (sebagai mahasiswa) dan lokasi (di area lab komputer)?
Yang bikin jengkel lagi adalah dalih bahwa rokoknya belum sempat dinyalakan jadi dia tidak layak terkena sanksi.
Ya kelas aja rokoknya gak sempat nyala, begitu aku lihat langsung aku tarik rokoknya, gimana mau nyala?
"Tapi khan larangannya hanya dilarang merokok, kalo rokoknya gak nyala khan gak apa-apa?"
Wadohhh... ini benar-benar statemen yang cukup disayangkan bila harus keluar dari mulut seorang mahasiswa.
Suatu peraturan memang disusun akan semua orang bisa mendapat gambaran global mengenai sutu aturn main tertentu, tapi apakah segala sesuatu perlu dituangkan dalam bentuk aturan tertulis?
Bukankah suatu tindakan penghinaan namanya bila ada seseorang yang menempelkan rokok pada mulutnya walaupun tidak dinyalakan dan dilakukan di area yang memang ada larangan untuk merokok?
Dan lebih konyol lagi bila tindakan semacam ini dilakukan oleh seorang mahasiswa yang nota bene adalah orang yang memperoleh kesempatan dan peluang dalam hidupnya untuk mengembangakan nalarnya.
Tidak bisakah seorang mahasiswa menangkap pesan global dari suatu aturan?
Tidak bisakah seorang mahasiswa membedakan antara "pelanggaran terhadap suatu aturan" dengan "pelecehan terhadap suatu aturan"?
Hey.. kawan dewasalah...
Bahkan tidak ada aturan untuk mengenakan busana di lab, tapi apakah Anda akan diperkenankan masuk ke lab tanpa busana?
Apakah aturan macam ini juga perlu dituliskan?
Juga tidak ada aturan tertulis ketika seorang mahasiswa menemui dosen pembimbing untuk tidak merokok ketika bimbingan, tapi apakah aturang seperti ini juga perlu dituliskan?
Aturan di negara ini aja udah cukup panjang dan menjelimet, apakah kita justru akan menambah kejelimetan dari aturan yang sudah ada?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Hmmm... mungkin cara menegur mahasiswa tersebut yang salah....
:P
yah terkadang rasanya gatal kalu tidak melanggar aturan....
lagi pula memang mahasiswa terkadang berpikiran aturan untuk dilanggar...
apa anda tidak pernah gatal untuk melanggar aturan saya rasa, tidak mungkin.....
HHhmmm kalau setiap orang punya mentalitas yang selalu merasa gatal untuk tidak melanggar aturan, lantas apa donk gunanya dibuat suatu aturan?
Justru mentalitas seperti ini lah yang seharusnya mulai dikikis.
Mulailah setia dalam perkara2 yang kecil maka kita juga akan setia dalam perkara2 yang besar.
Manusia tidak akan pernah tersandung oleh batu yang besar tapi justru oleh kerikil yang kecil :)
Namaste
Post a Comment