Siap-Siap Beli Kamera

|

Pilihanku nampaknya sudah makin mantap saja jatuh ke Nikon D90 :)
Tanggal 8 Agustus mendatang aku rencanakan untuk berangkat ke Jakarta guna mendapatkan apa yang aku impikan selama ini, sebuah kamera DSLR.
Bagiku fotografi merupakan bidang yang sangat menyenangkan. Sangat unik. Ada beberapa aspek dalam fotografi yang aku rasa memiliki kemiripan dengan seni tulis. Keduanya sama-sama mencoba melakukan perekaman terhadap suatu peristiwa hanya saja menggunakan format penyajian yang berbeda. Yang satu menggunakan format verbalik dan yang lain menggunakan format visual. Keduanya juga mampu menampilkan peristiwa dan kondisi bahkan opini dengan sangat cantik walau di angkat dari situasi yang terkadang nampak biasa saja, selama tentunya situasi tersebut dibidik dengan sudut yang tepat :)
Bagiku fotografi telah menjadi salah satu aktifitas hobi. Ada kepuasan tersendiri dari setiap jepretan yang dihasilkan. Aku pun berharap suatu saat nanti hobi ini bisa berlanjut menjadi suatu aktifitas profesional seperti layaknya hobiku dalam mengajar yang aku jalani secara profesional sebagai seorang dosen :)

Sang Nabi (sebuah penggalan)

|

Seorang peladang datang bertanya:
Berilah penjelasan pada kami soal Kerja.

Maka demikianlah bunyi jawabnya:
Kau bekerja, supaya langkahmu seiring irama bumi, serta perjalanan roh jagad ini.
Berpangku tangan menjadikanmu orang asing bagi musim,
serta keluar dari barisan kehidupanmu sendiri,
yang menderap perkasa, megah dalam ketaatannya, menuju keabadian masa.

Bila bekerja, engkau ibarat sepucuk seruling,
lewat jantungnya bisikan sang waktu menjelma lagu.
Siapa mau menjadi ilalang dungu dan bisu,
pabila semesta raya melagukan gita bersama.

Selama ini kau dengar orang berkata bahwa kerja adalah kutukan,
dan susah-payah merupakan nasib, takdir suratan.

Tetapi aku berkata padamu bahwa bila kau bekerja,
engkau memenuhi sebagian cita cita bumi yang tertinggi,
yang tersurat untukmu, ketika cita cita itu terjelma.
Dengan menyibukkan diri dalam kerja,
hakikatnya engkau mencintai kehidupan.
Mencintai kehidupan dengan bekerja,
adalah menyelami rahasia hidup yang terdalam.
Namun pabila dalam derita kau sebut kelahiran sebagai siksa,
dan pencarian nafkah sebuah kutukan yang tercoreng di kening,
maka aku berkata bahwa tiada lain dari cucuran keringat jua,
yang dapat membasuh suratan nasib manusia.

Selama ini kau dengar orang berkata bahwa hidup adalah kegelapan,
dan dalam keletihanmu kau tirukan kata kata mereka yang lelah.

Namun, aku berkata bahwa hidup memang kegelapan, kecuali: jika ada dorongan.
Dan semua dorongan buta belaka, kecuali: jika ada pengetahuan.
Dan segala pengetahuan adalah hampa, kecuali: jika ada pekerjaan.
Dan segala pekerjaan adalah sia sia, kecuali: jika ada kecintaan.

Jikalau kau bekerja dengan rasa cinta,
engkau menyatukan dirimu dengan dirimu,
kau satukan diri dengan orang lain, dan sebaliknya,
serta kau dekatkan dirimu kepada Tuhan.

Dan apakah itu, bekerja dengan rasa cinta?
Laksana menenun kain dengan benang yang ditarik dari jantungmu,
seolah olah kekasihmulah yang akan mengenakan kain itu.

Bagai membangun rumah dengan penuh sayang,
seolah olah kekasihmulah yang akan mendiaminya di masa depan.

Seperti menyebar benih dengan kemesraan, dan memungut panen dengan kegirangan,
seolah olah kekasihmulah yang akan makan buahnya kemudian.

Patrikan corakmu pada semua benda,
dengan nafas dari semangatmu pribadi.
Ketahuilah bahwa semua roh suci sedang berdiri mengelilingimu,
memperhatikan dan mengawasi, dan memberi restu.

Seringkali kudengar engkau berkata-kata, laksana menggumam dalam mimpi,
"Dia yang bekerja dengan bahan pualam,
dan menemukan dalamnya bentuk jiwanya sendiri,
lebih tinggi martabatnya daripada dia, si pembajak sawah.
Dan dia yang menangkap pelangi di langit untuk dilukis warnanya,
menyerupai citra manusia, diatas kain,
derajatnya lebih mulia daripada dia, si pembuat sandal kita."
Namun aku berkata, tidak di dalam tidur,
melainkan dikala jaga sepenuhnya, ketika matahari tinggi,
bahwa angin berbisik tidak lebih mesra di pohon jati raksasa,
daripada di rerumputan paling kecil tanpa arti:
Dan hanya dialah sungguh besar, yang menggubah suara angin,
menjadi sebuah simponi, yang makin agung karena kasih sayangnya.

Kerja adalah cinta yang mengejawantah.
Dan jika kau tiada sanggup bekerja dengan cinta, hanya dengan enggan,
maka lebih baiklah engkau meninggalkannya, lalu
mengambil tempat didepan gapura candi,
meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan suka cita.

Sebab bila kau memasak roti dengan rasa tertekan,
maka pahitlah jadinya dan separo mengenyangkan.

Bilamana kau menggerutu ketika memeras anggur,
gerutu itu meracuni anggur.

Dan walau kau menyanyi dengan suara bidadari,
namun hatimu tidak menyukainya,
maka tertutuplah telinga manusia dari segala
bunyi bunyian siang dan suara malam hari.

("Sang Nabi" - Khalil gibran, di Indonesiakan oleh Sri Kusdyantinah-Pustaka Jaya)

Missunderstanding

|



Ha ha ha... lucu tenan :)

Matur Nuwun Gusti

|

Akhirnya beban berat ini pun berangusur lalu dari pundak batinku. Damai sejahtera kini dapat mulai merasuk dan memenuhi batinku. Matur nuwun sanget Gusti karena telah membimbing aku untuk berani melangkah dan mengambil keputusan besar ini dengan ketetapan hati yang penuh. Kiranya jalanku beroleh terang dan setiap langkahku beroleh penjagaan. Dan kiranya damai sejahtera yang penuh selalu bernaung dalam batinku sampai akhir napasku di bumi yang penuh kefanaan ini. Biarlah kiranya langkahku selalu terpancang lurus pada jalan kebenaran dan biarlah hatiku ini selalu bersih hingga boleh memancar.

Matur sembah nuwun ya Gusti Allah ingkang Maha Suci :)

"Janganlah engkau menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah seturut pembaruan budimu"

Pentingnya Memahami Latar Belakag Masalah (KP/TA)

|

Beberapa hari yang lalu aku sempat bertugas untuk melakukan seleksi proposal pengajuan judul KP (Kerja Praktek) dan TA (Tugas Akhir). Dari sejumlah proposal yang diajukan, secara pribadi aku cukup senang karena memang ada beberapa di antaranya berisi ide dan solusi kreatif perihal implementasi suatu teknologi yang memang belum pernah terpikirkan sebelumnya olehku. Dari sini aku jadi berkesempatan untuk mempelajari ide-ide segar melalui mahasiswa. Tidak selamanya mahasiswa belajar dari dosen, adakalanya juga seorang dosen dapat belajar dari mahasiswanya :)
Tetapi terkadang aku pun harus menemui beberapa kasus yang cukup membuatku sedih. Beberapa di antara proposal yang diajukan tidak disusun dan dihasilkan dari suatu proses analisis yang dalam. Nampak sekali proposal pengajuan judul tersebut disusun secara asal dan sembrono, seolah setiap proses bisnis yang berjalan pada suatu instansi akan selalu dapat berjalan lebih baik dengan mengimplementasikan suatu sistem berbasis teknologi informasi.
Sewaktu kucoba menanyakan lebih lanjut seputar permasalahan apa yang sebenarnya terjadi selama menjalankan proses bisnis "manual", hampir selalu jawaban yang muncul menyatakan bahwa semua proses yang berlalan "manual" tanpa bantuan sistem berbasis teknologi informasi selalu tidak efektif, tanpa dapat menjawab dan mejabarkan letak dari ketidakefektifan tersebut. Padahal kalau mau ditelaah dengan baik sebenarnya justru seseorang harus memahami terlebih dahulu proses bisnis macam apa yang sedang berjalan saat ini dan permasalahan-permasalahan apa saja yang muncul selama proses bisnis tersebut berjalan. Dari situ barulah dicoba untuk merancang suatu usulan perbaikan yang menghasilkan suatu proses bisnis yang baru di mana untuk mengimplementasikannya membutuhkan suatu sistem berbasis teknologi informasi. Sehingga di sini sistem berbasis teknologi informasi yang dirancang tidak hanya berperan sebatas pada pencatatan data saja tetapi terlebih lagi sebagai pemrosesan data sehingga sistem ini dapat menghasilkan berbagai laporan yang berisi informasi penting yang dapat digunakan oleh institusi terkait untuk mengevaluasi kinerjanya dan juga membantu institusi tersebut dalam membuat rancangan strategis terkait dengan program pengembangan institusional.
Sangat disayangkan karena acapkali analisis semacam ini tidak muncul pada hampir kebanyakan proposal judul yang diajukan. Beberapa mahasiswa selalu berasumsi bahwa sistem manual selalu lebih buruk dari sistem otomatis (sistem berbasis teknologi informasi) tanpa bisa menjelaskan alasannya secara spesifik.
He3... untuk membantu menggiring mahasiswa pada pemahaman ini aku sempat memberikan statement semacam ini: "Kalau Anda diminta untuk memilih, Anda lebih senang pacaran secara manual atau secara virtual?". Dan jawabannya selalu: "kalau urusan ini sich lebih enak secara manual pak". Ha3... :p