Paris Van Java, I'm coming.....

|

Kamis, 25 Agustus 2005

Sore hari ini bisa jadi merupakan sore hari terindah sejak aku dilahirkan ke dunia ini.
Aku menerima kabar bahwa aku diterima sebagai dosen di IT Maranatha Bandung!!!!!
Wahhhhh senangnya................
Setelah mendapat telp dari Pak Andi (Ketua jurusan Teknik Informatika IT Maranatha) aku langsung teriak2
kayak orang gila yang baru dilepas dari kerangkeng :)
Yes!!! Yes!!! Yes!!!
Suasana hatiku mendadak berubah secara ekstrim.
Padahal pagi hari tadi aku masih dirundung suasana tegang menanti jawaban dari IT Maranatha.
Horeeeeeeee..........................
Saking senangnya, aku sampai2 mengirimkan SMS ke banyak orang.
Pulsa ku sampai habis....
He3... ini gara2 ada beberapa orang yang aku kirimi lebih dari satu SMS.
Maklum aja kalau sudah senang seperti ini suka lupa diri :p
Bentar lagi jadi warga Bandung nich :)
Mulai ganti gaya bahasa dari Jawa ke Sunda
Paris Van Java, I'm coming.....

The Butterfly Effect

|

Jumat, 19 Agustus 2005

Ada film yang sangat menarik yang baru saja aku tonton.
Film ini berjudul "The Butterflt Effect".
Benar2 film yang bisa membaca dan menjawab rasa penasaran dan keiinginan terdalamku.
Aku memang selalu menginginkan untuk dapat kembali ke masa kecilku tetapi
dengan pemikiran yang aku miliki saat ini.
Aku ingin memperbaiki keadaan.
Yup, aku ingin memperbaiki setiap kesalahan yang telah aku buat.
Aku ingin menjadikan segalanya jauh lebih baik dari apa yang ada saat ini.
Film ini telah menyadarkanku bahwa apa yang telah terjadi di masa lalu biarlah terjadi.
Jadikanlah itu sebagai pelajaran dan kenangan yang penuh makna dan manis untuk diingat.
Dan setiap hal sekecil apapun yang kita lakukan saat ini akan membuat
suatu perubahan besar untuk masa yang akan datang.
Benar2 film yang sangat menarik dan inspiratif lagi kontemplatif :)

"It has been said that something as
small as the flutter of a butterfly's
wing can ultimately cause a typhoon
halfway around the world"

"Change one thing, Change everything"

Another Story from Salatiga

|

Rabu, 17 Agustus 2005

Babak 1:
Setelah mengalami pengalaman unik di Salatiga beberapa waktu yang lalu, hari ini aku
akan melakukan perjalanan kembali ke kota itu.
Seperti biasa, aku menggunakan jasa Travel untuk mencapai kota itu.
Aku memesan tiket untuk keberangkatan pukul 4 sore.
Ketika aku memesan, aku diperingatkan oleh salah seorang ticketernya,
"Jadwalnya memang jam 4 sore, tapi kayaknya mas sudah pengalaman dech.
Jadi bisa dikira2 sendiri yach jam pasti keberangkatannya".
Ha3...
Jasa travel yang aku gunakan ini memang terkenal karena keterlambatannya :p
Tapi mau gimana lagi, hanya ini travel yang memiliki rute ke Salatiga.
Setelah memperkirakan keterlambatan waktu penjemputan, aku pun baru bersiap2 berangkat ke
travel agent tersebut sekitar pukul 5 sore.
Sesampainya di sana, aku pun bertanya kira2 berapa lama lagi travelnya akan tiba.
Betapa terkejutnya aku ketika diinformasikan bahwa travel tersebut telah berangkat
setengah jam yang lalu.
Ditambah lagi aku malah kenal omelan si penjaganya.
Benar2 menjengkelkan :(
Travel agent ini memang gila.
Kalau mereka telat, pengguna jasanya yang diminta memaklumi.
Tapi kalau pengguna jasanya yang telat malah diomelin.
Benar2 menyebalkan.
Aku berharap tidak akan pernah lagi menggunakan jasa travel agent ini.
I hope so :p
Ketimbang energiku habis untuk balik memaki2 petugas tersebut, lebih baik aku salaurkan
energiku untuk mengejar bus menuju ke terminal.

Babak 2:
Sesampainya di terminal, aku bertanya2 mengenai bus apa yang bisa aku gunakan
untuk menuju ke Salatiga.
Wah ternyata tidak ada bus dari Jogja yang memiliki rute khusus ke Salatiga.
Aku harus menggunakan bus jurusan Jogja-Semarang.
Tetapi karena sudah terlalu sore, aku hanya bisa mendapati bus jurusan Jogja-Magelang.
Benar2 merepotkan awalnya.
Maklum saja, aku jarang sekali bepergian ke luar kota menggunakan bus.
Lebih sering menggunakan kereta api atau travel.
Ternyata ada uniknya juga bepergian menggunakan bus.
Aku jadi gak boleh ketiduran di bus.
He3... takut kelewatan :p
Wah seru juga sich.
Aku harus menempuh rute perjalanan dari Jogja-Muntilan-Magelang-Ambarawa-Bawen.

Babak 3:
Di terminal Bawen aku mulai kerepotan untuk mencari bus yang menuju ke arah Salatiga.
Apalagi saat itu hari sudah gelap.
Akhirnya aku putuskan untuk berjalan kaki.
Ha3... aku bener2 bego dan tidak memperhitungkan jarak dari terminal Bawen ke Salatiga :p
Sambil jalan aku mencoba mengisi perutku yang sudah mulai keroncongan dengan bekal
roti yang memang sudah aku persiapkan sebelumnya.
Gara2 jalanan yang terlalu gelap, langkahku harus terhenti karena aku terjerembab dalam
kubangan kotor berisi air hujan.
Ah benar2 sial...
Tapi mau dikata apa, namanya juga gak kelihatan :p
Kaus kaki, celana, dan sepatuku jadi basah kuyup dan kotor.
Untung saja aku membawa cadangan dalam tasku.
Di dekat kubangan tersebut ada sebuah warung kecil.
Orang2 di dalam warung tersebut hanya senyum2 kecil melihat kesialan yang baru saja
aku alami :(
Ah sudahlah, mungkin mereka memang membutuhkan hiburan, dan aku hadir sebagai penghibur :)
Ha3...
Aku pun berjalan mendekat ke arah warung tersebut dan mencoba menanyakan alternatif lain
menuju Salatiga selain berjalan kaki.
Di situ ada seorang bapak yang mengatakan bahwa ada bus yang akan melewati setiap 15 menit
yang dapat membawaku ke Salatiga.
Dia memberitahukan di mana aku dapat turun.
Bahkan beliau pun membantuku mencegat bus yang lewat.
Wah terima kasih ya Pak, sudah mau membantu :)

Babak 4:
Akhirnya aku pun sampai di Satya Wacana.
Satu2nya tempat di Salatiga yang aku kenal :p
Jam sudah menunjukkan pukul 10:30 malam.
Aku memang sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi hal buruk seperti saat pertama kali
aku menginjakkan kaki di kota ini.
Kemarin aku sempat mengirimkan SMS ke temanku di Salatiga bahwa aku akan menginap di kostnya.
Tapi rupa2nya SMS ku tidak kunjung dibalas.
Aku berkeyakinan bahwa dia memang sedang berlibur di kota asalnya.
Maklum saja, saat ini khan masa libur akhir semester.
Ya sudahlah, mau dikata apa lagi.
Mungkin memang aku harus menjadi gembel lagi si kota ini :p
Langkah pertama yang harus kulakukan adalah mencari kamar mandi untuk berganti celana dan
kaos kaki yang kotor dan basah kuyup.
Setelah berganti celana dan kaos kaki, langkah berikutnya adalah mencari ruang kelas
yang tidak terkunci yang bisa aku gunakan untuk bermalam.
Jangan sampai aku mati kedinginan gara2 harus bermalam di alam terbuka.
Apalagi saat ini kondisinya sedang gerimis.
Setelah cukup lama keliling, akhirnya aku berhasil menemukan sebuah ruang kelas yang
tidak terkunci.
Wahh... betapa beruntungnya aku :)
Ruangnya lumayan hangat walau suasananya terkesan agak angker.
Maklum saja bangunannya termasuk bangunan tua jaman Belanda.
Walaupun sudah direnovasi tapi kesan kuno nya masih cukup kental.
Aku memang sangat menyukai tipe bangunan semacam ini, tapi tidak untuk di malam hari :p
Ah sudahlah, untuk apa pula aku menakutkan hal2 yang berbau mistik semacam itu.
Yang penting saat ini aku telah menemukan tempat yang tepat dan cukup nyaman untuk aku bermalam.
Aku pun langsung menyalakan lampu dan menata beberapa kursi berjajar
untuk aku jadikan tempat tidur.
Aku gunakan tasku sebagai bantal.
Cukup nyaman juga :)
Sambil menunggu datangnya kantuk, aku pun melanjutkan membaca novel klasik karya Sakai Tsuboi.

Babak 5:
Tak banyak memakan waktu setelah aku membeca beberapa lembar novel tersebut
kantuk mulai menghampiriku.
Aku pun tertidur cukup pulas.
Entah berapa lama aku tertidur, yang jelas di tengan tidurku aku dikejutkan oleh suara orang
yang membangunkanku.
Aku pun cukup terkejut dan terbangun.
Astaga, kulihat dua orang satpam membangunkanku.
Mereka pun mulai menanyai diriku.
"Mas asalnya dari mana? Terus ngapain tidur di sini?"
Langsung saja aku jawab, "Maaf Pak, saya dari Jogja"
"Saya kemalaman datang ke Salatiga"
"Karena tidak memiliki kenalan di sini dan hanya UKSW satu2 tempat yang saya kenal,
maka saya pun memutuskan untuk bermalam di sini"
Akhirnya dengan nada sedikit ketus salah seorang dari mereka menjawab
"Lain kali lapor dulu yach!!!"
Lalu aku jawab "Iya Pak, maaf ya..."
"Ya sudah tidur lagi aja, bisa tidur khan?" Sahut seorang lagi dari mereka.
"Bisa kok Pak, makasih yach", jawabku.
"Oh ya, kami bisa minta kartu identitasnya?
Besok pagi bisa Anda ambil di pos"
Akhirnya aku serahkan KTP ku.
Bikin deg2an aja sich :p
Ha3... Sebenarnya aku sempat dibuat cemas juga.
Jangan2 mereka tidak mengijinkan aku untuk bermalam di ruang kelas itu lagi.
Tapi untunglah mereka masih cukup manusiawi dan mengijinkan aku untuk tetap bermalam di sini.
Trims ya Pak :)
Setelah mereka meninggalkan ruang kelas, aku pun kembali meneruskan tidurku.

Epilog:
Wah.... benar2 pengalaman yang sangat mengesankan.
Hidup ini memang indah selama kita bisa memandangnya dari sisi yang keliru :p
Ha3...
Selalu ada "Blessing in Disguise"
Yup selalu ada "berkat yang tersembunyi" dalam setiap peristiwa yang kita alami.
Nah akhirnya kembali kepada kita masing2, maukah kita mencoba untuk mencari dan memaknainya
Atau malah membiarkannya berlalu begitu saja :)

Terima Kasih

|

Selasa, 16 Agustus 2005

Wahhh malam ini adalah malam perayaan detik2 proklamasi kemerdekaaan Indonesia.
60 tahun sudah bangsa ini merdeka.
Aku benar merasa bangga sekaligus sedih.
Bangga karena bangsaku telah 60 tahun mengalami masa kemerdekaan
tapi sekaligus juga sedih karena bangsa ini belum bisa merasakan "kemerdekaan"
yang seharusnya sudah dimiliki sejak 60 tahun silam.

Malam ini beberapa teman datang ke rumah kontrakan.
Trims yach buat keceriaan yang sudah kalian hadirkan, setidaknya kehadiran
kalian sudah membawa kelegaan yang mengurangi keteganganku.
Barusan dosenku Mr Dito juga menelpon menanyakan rencanaku ke depan.
Rencanaku masih dalam pergumulan nich.
Pergumulan yang sangat menegangkan.
Tapi trims yach Pak sudah memperhatikan mantan mahasiswamu yang "aneh" ini :p
Trims buat pembicaraannya, setidaknya itu pun bisa mencairkan keteganganku.
Terima kasih juga buat Sakai Tsuboi untuk karyanya yang indah
walau tak dapat sepenuhnya kunikmati mengingat suasana hatiku saat ini.
Saatnya merenung lagi.....

Keep Going!!!!

|

Selasa, 16 Agustus 2005

Keputusan telah kubuat dan apapun resikonya harus kutanggung.
Baru saja aku terima mail dari seorang teman, Timo namanya.
Thanks ya Tim buat info dan dukungannya.
Itu benar2 berarti bagiku.
Dua hari lagi adalah hari besar bagiku, aku harus menghadapi ketakutanku.
Aku harus menenangkan diriku.
Aku harus menguasai dan menyeimbangkan emosi dan rasioku.
Malam ini aku benar2 perlu banyak merenung sehingga aku bisa memecahkan dan
mengklarifikasikan permasalahanku dengan sebaik dan sediplomatis mungkin.
Aku harus mampu bermain cantik.
Inilah saatnya bagiku untuk menyatakan pada diriku sendiri bahwa aku adalah makhluk
pemikir yang cukup dewasa dan mampu mengatasi gejolak2 emosional yang irasional.
Sebagai bahan refreshing, aku baru saja meminjam buku berjudul "Twenty Four Eyes"
karya seorang sastrawan Jepang, Sakai Tsuboi.
Berharap karya ini bisa jadi teman yang menyenangkan dan inspiratif dalam perenunganku.
Keep going Boedy!!!!!

Benar-Benar Menengangkan

|

Selasa, 16 Agustus 2005

Dua hari yang lalu aku baru saja mengambil sebuah keputusan yang sangat beresiko. Yup, sebuah keputusan yang akan memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam hidupku. Sebuah keputusan yang menjadikanku susah tidur :( Pokoknya benar2 menegangkan.... Ini berkaitan dengan pekerjaanku. Keputusan sudah aku ambil, saat ini aku tinggal menunggu hasilnya. Menunggu memang aktifitas yang sangat menyebalkan. Apalagi menunggu sebuah kepastian tentang masa depan. Aku sudah melakukan bagianku dengan sebaik mungkin, saat ini rasanya aku harus mulai belajar apa yang namanya berserah. Terdengar klise memang, tapi tak ada lagi yang bisa aku perbuat saat ini selai menunggu. Aku sempat mensharekan keputusanku ini ke beberapa teman2ku dan merekapun mengakui bahwa ini memang merupakan keputusan yang sangat beresiko, tapi terlepas dari itu mereka cukup memberikan dorongan moril yang memang sangat aku butuhkan. Thanks a lot guys :) Salah satu upaya yang bisa aku lakukan untuk mengurangi ketegangan ini adalah dengan membaca. Saat ini aku baru saja menyelesaikan sebuah tulisan yang sangat menarik karya Voltaire. Menarik memang walaupun untuk saat ini aku tidak bisa benar2 menikmatinya :( Aku hanya bisa berharap semoga aku dapat melewati masa2 sulit semacam ini dengan baik. Ayooo Boedy, tetap semangat yach!!!!!!!

Fix it Buddy!!!

|

Sabtu, 13 Agustus 2005

Apa yang harus dilakukan ketika aku menyadari bahwa aku telah melakukan suatu kesalahan?
Ah bodoh sekali, kenapa pertanyaan semacam ini mesti ditanyakan?
Sudah jelas jawabannya adalah minta maaf dan mencoba memperbaikinya.
Idealnya memang seperti itu, tapi sayang sering kali hidup tak berjalan ideal.
Aku punya emosi yang perlu aku taklukkan.
Emosilah yang seringkali menjadi pangkal dalam setiap kekeliruanku.
Kekeliruan yang mengantaranku pada penyesalan demi penyesalan.
Aku yang selama ini menganggap diriku sebagai seorang pemikir,
tapi nyatanya malah emosikulah yang kadang mendominasi diriku.
Aku yang seringkali memberi masukkan pada teman2ku untuk selalu kritis dan rasio oriented dalam
menghadapi dan memecahkan persoalan, saat ini malah aku sendiri yang terjebak di dalamnya.
Ternyata aku belum menjadi manusia yang seringkali aku jadikan model panutan bagi teman2ku.
Ternyata aku masih jauh dari itu.
Memang benar kata orang, bicara memang jauh lebih mudah dari pada menjalaninya.
Hhhmmm... tapi aku tahu bahwa hal ini tidak bisa dibiarkan berlalu begitu saja.
Aku harus mencoba menjadikannya tidak hanya mudah untuk diomongkan saja, tetapi juga mudah untuk dilakukan.
Aku harus mulai melatih diriku lagi.
Melatih mengendalikan emosiku.
Selamat berjuang Boedy :)

Horreeee.....

|

Sabtu, 13 Agustus 2005

Wahhh senangnya bisa bertemu sahabatku Listya.
Setelah sekian lama hanya bertemu di dunia maya, akhirnya bisa bertemu juga di duna fana :p
Benar2 suatu pengalaman yang aneh.
Moment yang unik :)
Tapi entah kenapa aku merasa yang kutemui adalah seorang Listya yang lain.
Mungkin aku yang salah dalam membangun image -gambaran- seorang Listya.
Maklum saja, proses rekonstruksi yang dilakukan selama ini hanya melalui media text :p
Tapi entah kenapa, aku tetap merasa asing.
Aku merasa belum bertemu dengan Listya yang aku kenal selama ini.
Aku jadi bertanya-tanya, manakah dirimu yang sebenarnya.
Yang aku lihat dalam pertemuan kemarin ataukah yang biasa aku temui dalam tulisan2mu?
Mengapa begitu berbeda?
Bolehkan aku bertemu denganmu Lis?

Berpikir dan Berperasaan

|

Rene Descartes pernah mengatakan bahwa kita berpikir maka kita ada.
Ungkapan semacam ini telah menjadi jiwa dari abad pencerahan.
Manusia sebagai makhluk pemikir semestinya menunjukkan eksistensi dirinya dengan berpikir.
Boedy adalah makhluk pemikir.
Setiap hari, setiap menit, setiap detik, setiap mili detik aku selalu berpikir.
Awalnya
kupikir berpikir sebagai sebuah anugerah.
Tapi akhir2 ini aku merasa ini sebagai kutuk.
Yup, kutuk yang harus aku tanggung.
Otakku terus bekerja.
Tiap hari, tiap jam, tiap menit, tiap detik, bahkan tiap mili detik.
Bahkan sewaktu tidur pun otak ini tidak pernah berhenti berputar.
Aku takut...bila nanti otakku akan berhenti bekerja.
Apa jadinya dengan semua pemikiran dan teori yang aku miliki selama ini?
Apakah akan menjadi sirna begitu saja?

ps:
Tulisan ini aku ketik di Kompienya Lis
waktu aku ketemuan ama dia di kost nya
Thanks ya Lis buat judulnya :)