Akhirnya beban berat ini pun berangusur lalu dari pundak batinku. Damai sejahtera kini dapat mulai merasuk dan memenuhi batinku. Matur nuwun sanget Gusti karena telah membimbing aku untuk berani melangkah dan mengambil keputusan besar ini dengan ketetapan hati yang penuh. Kiranya jalanku beroleh terang dan setiap langkahku beroleh penjagaan. Dan kiranya damai sejahtera yang penuh selalu bernaung dalam batinku sampai akhir napasku di bumi yang penuh kefanaan ini. Biarlah kiranya langkahku selalu terpancang lurus pada jalan kebenaran dan biarlah hatiku ini selalu bersih hingga boleh memancar.
Matur sembah nuwun ya Gusti Allah ingkang Maha Suci :)
"Janganlah engkau menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah seturut pembaruan budimu"
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
mengalami keraguan haah? .. sementara saja kawan sementara hue3^.^
===================
Agama Buddha mengajarkan anatta dan juga "mengendalikan pikiran". Tapi bila tidak ada atta, apa yang bisa mengendalikan pikiran ? Bagaimana kita mengendalikan pikiran ?
Kalau saya analogikan pikiran sebagai perahu yang bergerak di aliran sungai tanpa pendayung yang mengarahkan perahu tersebut, maka perahu tersebut akan bergerak mengikuti aliran sungai (objek indera) tanpa ada yang mengendalikan arahnya.
===================
Pertentangan pengertian antara 'anatta' dengan 'si apa yang mengendalikan pikiran' ini sepintas tampaknya masuk akal, walaupun apabila ditinjau sedikit lebih dalam, kedua hal tersebut tidak ada pertentangannya sama sekali.
Pengertian tentang anatta menyadarkan seseorang bahwa hidup adalah proses yang saling berkesinambungan. Seseorang yang berdiam di tempat yang sama selama satu detik, sebenarnya ia telah menjadi orang yang berbeda dengan dirinya sendiri pada satu detik sebelumnya. Ia telah bertambah usia selama satu detik. Ia juga sudah bergerak dari tempatnya dengan mengikuti rotasi bumi. Dengan demikian, walaupun hanya satu detik, ia sudah berubah dimensi waktu dan tempatnya. Meskipun demikian, banyak orang masih menganggapnya sebagai orang yang sama dari satu detik ke detik yang selanjutnya. Anggapan ini timbul karena mereka tidak menghayati pengertian anatta.
Jika seseorang dalam satu detik telah berubah dimensi waktu dan tempatnya, maka begitu pula kondisi 'pikiran'. Setiap saat, pikiran juga selalu berubah dan bergerak. Pikiran tidak pernah sama serupa dari waktu ke waktu. Pikiran juga anatta. Apabila demikian, manakah yang disebut dengan pikiran ? Penyebutan istilah 'pikiran' adalah mewakili suatu keseluruhan yang terus berubah.
Kondisi ini sama dengan penyebutan nama suatu batang sungai. Sejak jaman nenek moyang, nama suatu batang sungai yang mengalir dalam kota tertentu akan selalu sama. Padahal, apabila diperhatikan, setiap saat air sungai itu selalu mengalir dan berubah. Dimensi waktu juga terus berubah. Dengan demikian, nama sungai itu hanya mewakili suatu perubahan yang terus menerus terjadi pada satu tempat tertentu.
Nama dan penunjukan suatu istilah hanyalah konsep.
Disebut sebagai 'sungai' hanyalah konsep. Demikian pula dengan sebutan 'badan', 'pikiran', 'perasaan', 'ingatan' maupun 'kesadaran'. Semuanya selalu berubah, berproses dan anatta.
Pengertian 'pengendalian pikiran' bukan menunjuk pada 'si apa' yang dapat melakukannya, melainkan lebih menekankan pada proses kesadaran seseorang untuk mengamati timbul dan tenggelamnya segala bentuk pikiran. Apabila seseorang dengan berlatih mengembangkan kesadaran telah mampu melihat secara jelas saat muncul dan lenyapnya setiap bentuk pikiran, maka orang itu disebut telah dapat 'mengendalikan pikiran'. Setiap saat ia selalu sadar bahwa dirinya berubah, berproses, anatta, demikian pula dengan pikirannya. Ia sudah tidak lagi hanyut oleh suka duka yang diakibatkan obyek indriya karena ia menyadari bahwa segala obyek indriya itupun selalu berubah, berproses, anatta.
Semoga penjelasan ini dapat bermanfaat.
============
masih ragu? perubahan itu kebenaran tertinggi kawan.
Post a Comment