Human Error Looping

|

Rabu, 14 Maret 2007

Dalam konsep pemrograman terdapat istilah looping atau kalau dibahasa-Indonesia-kan menjadi perulangan.
Looping merupakan salah satu kekuatan dari suatu bahasa pemrograman. Dengan adanya looping, seorang programmer dapat menuliskan kode programmnya dengan lebih ringkas di mana suatu proses yang berulang-ulang hanya perlu dituliskan sekali dan kemudian dimasukkan ke dalam looping. Selanjutnya komputerlah yang akan melakukan perulangan proses tersebut. Dalam hal ini seorang programmer tidak perlu menuliskan kode program yang sama serulang-ulang.
Salah satu bentuk looping yang dikenal dalam bahasa pemrograman adalah:

do {
//proses yang diulang
}while(kondisi);

Suatu proses akan terus diulang ketika kondisi yang dicek menghasilkan nilai benar. Dan proses perulangan akan berhenti ketika didapati kondisi bernilai salah atau tidak lagi benar.
Bentuk looping di atas bagiku cukup menarik karena pengecekkan kondisi berada di bagian akhir sehingga suatu proses akan dilakukan terlebih dahulu baru dilakukan pengecekkan kondisi. Apabila kondisinya bernilai benar maka proses tersebut akan kembali dilakukan tetapi ketika kondisinya bernilai salah maka proses tersebut akan dihentikan / tidak diulang kembali.
Karena pengecekkan kondisi dilakukan di bagian akhir maka walaupun kondisinya bernilai salah, suatu proses akan tetap dilakukan setidaknya sekali.
Akhir-akhir ini aku menemukan sesuatu yang baru dalam pola looping seperti ini. Aku mencoba merefleksikannya dalam diri species unik bernama manusia. Ternyata species manusia pun memiliki pola looping yang mirip.
Manusia diprogram oleh Penciptanya dengan model looping yang sama, di mana seorang manusia akan melakukan suatu proses terlebih dahulu terlepas apakah proses yang dilakukan akan menghasilkan kondisi benar/true atau salah/false. Dan memang kebenaran biasanya hadir di akhir suatu proses.
Dalam merancang kode program ini Sang Programmer mengharapkan agar ketika suatu proses yang dilakukan menghasilkan kondisi benar/true maka proses tersebut dapat terus dilakukan berulang kali. Dan ketika didapati adanya suatu proses yang menghasilkan kondisi salah/false diharapkan agar proses tersebut segera dihentikan dan tidak diulangai lagi.
Sang Programmer memang seorang perancang yang luar biasa dan sudah merancang suatu pola yang baik sekali.
Hanya saja untuk mengeksekusi kode program tersebut menuntut kesempurnaan suatu perangkat yang disebut hati. Kelancaran eksekusi kode program tersebut sangat bergantung pada kualitas dari komponen ini.
Makanya tidaklah mengherankan bila seringkali ditemui error pada looping dalam diri species manusia, di mana ketika suatu proses yang dieksekusi menghasilkan kondisi salah/false, proses tersebut masih terus saja berulang-ulang kembali dieksekusi. Padahal kalau dicermati secara kode programnya, ketika didapati kondisi bernilai salah/false, suatu proses harus dihentikan. Dan tidak jarang juga ditemui kasus-kasus di mana suatu proses yang menghasilkan kondisi benar/true malah hanya dieksekusi beberapa kali saja dan bukannya dieksekusi secara terus menerus. Benar-benar looping yang kacau :p
Sayangnya perbaikan kompnen ini (hati) bukan menjadi bagian dalam job description dari Programmer tersebut melainkan merupakan bagian dari job decription species yang bersangkutan. Ada beberapa species manusia yang mulai mencoba melakukan perbaikan-perbaikan tetapi tidak jarang juga ditemui species-species manusia yang cenderung mengabaikan kualitas dari komponen ini.
Akankah species ini mulai berevolusi dengan memulai proses perbaikan-perbaikan kecil? Ataukah malah species ini akan punah karena keenggananya untuk berevolusi?
"Selamat ber-refleksi"


catatan:
He3... ternyata orang IT juga bisa berefleksi pada kode program :p

0 comments: