Langkah Kecil Untuk Memerangi Pembajakan Software

|

Indonesia dewasa ini hadir sebagai salah satu negara pengguna software (perangkat lunak) bajakan papan atas. Dan lebih parahnya lagi, salah satu komponen pengguna terbanyak dari software bajakan ini muncul dari kalangan orang-orang yang telah mengenyam bangku perguruan tinggi atau dari kalangan akademik. Memang saat ini sudah banyak perguruan tinggi yang menjalin hubungan kerja sama dengan pihak vendor-vendor penyedia software prorietary sehingga mahasiswanya bisa memperoleh software prorietary dengan harga yang lebih murah dengan catatan selama yang bersangkutan masih terdaftar sebagai mahasiswa di perguruan tinggi tersebut. Tapi sebenarnya hal ini bukanlah jalan keluar yang baik karena malah menjadikan mahasiswa dari pergurunan tinggi tersebut semakin memiliki ketergantungan terhadap software-software prorietary.

Lantas apa solusi yang cukup relefan untuk memerangi pembajakan software?
Cara yang cukup ekstrim adalah dengan mengganti sistem operasi prorietary (misalnya Windows) dengan sistem operasi yang berbasis pada Open Source System atau yang biasa dikenal dengan sistem operasi Linux. Keuntungan dari sisi ekonomis yang ditawarkan oleh sistem operasi ini adalah sifatnya yang gratis, di mana pengguna sistem operasi ini tidak perlu membayar lisensi untuk menggunakannya. Keuntungan lainnya berkaitan dengan masalah etika. Dengan menggunakan sistem operasi Linux, kita dapat dengan bebas meminjamkan ataupun menggandakan dan membagikan CD / DVD instalasinya tanpa harus dicap sebagai seorang pembajak. Dan bagi rekan-rekan yang berkecimpung dalam dunia Teknologi Informasi, dengan menggunakan Linux sebagai sistem informasi, kita diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mempelajari kode program yang membangun dan menjadikan sistem informasi ini bisa berjalan dengan baik. Dengan kata lain, kita bisa berkesempatan tidak hanya menjadi seorang pengguna dari suatu sistem operasi, tetapi juga sebagai seorang pembelajar atau mungkin malah akan bertahap ke arah pengembang dari suatu sistem operasi.

Tapi penggantian sistem operasi dalam suatu lingkungan kerja maupun lingkungan akademik seringkali mendapat penolakan yang cukup keras. Kondisi ini dapat dimaklumi mengingat sudah sedemikian tergantungnya kita pada sistem operasi prorietary (misalnya Windows). Hal ini dapat disiasati dengan tetap menggunakan sistem operasi prorietary tanpa perlu menggantinya dengan sistem operasi Linux, hanya saja aplikasi-aplikasi yang berjalan di atasnya sedikit demi sedikit mulai diganti dengan aplikasi-aplikasi yang berada di bawah lisensi open source yang bersifat free atau gratis.

Contoh konkretnya, dari sekian banyaknya aplikasi yang terdapat dalam sebuah komputer, sebenarnya ada dua buah aplikasi yang paling sering digunakan. Kedua aplikasi tersebuta adalah aplikasi perkantoran atau office dan aplikasi web browser untuk melakukan surfing di Internet. Kita bisa memulai dengan menggantikan kedua aplikasi ini dari yang semula menggunakan aplikasi prorietary dengan aplikasi berbasis open source yang free.

Misalkan saja sistem operasi yang kita gunakan saat ini adalah Microsoft Windows dan aplikasi office yang digunakan adalah Microsoft Office. Microsoft Office tidak dapat dipungkiri keberadaannya sebagai aplikasi office yang paling banyak digunakan. Hampir bisa dipastikan setiap kali seseorang ingin menyusun laporan ataupun naskah akan menggunakan Microsoft Word, dan bila akan membuat laporan keuangan sederhana maupun tabel, Microsoft Excel yang akan dijadikan pilihan tunggal. Belum lagi ketika dihadapkan pada tugas membuat slide presentasi, pasti tidak akan lepas dari aplikasi Microsoft Power Point.

Sebenarnya kita dapat mulai menghilangkan ketergantungan kita terhadap aplikasi office prorietary ini dengan menggunakan aplikasi office yang berbasis open source. Salah satu aplikasi office berbasis open source yang mengalami perkembangan pesat dan banyak digunakan adalam Open Office. Bebeda dengan aplikasi prorietary seperti Microsoft Office, kita dapat mendownload aplikasi ini secara gratis. Saat ini untuk wilayah Indonesia sudah tersedia tiga buah server dalam negri yang menyediakan layanan download untuk aplikasi Open Office ini sehingga dapat mempercepat proses download. Untuk informasi lebih lanjut mengenai aplikasi office ini bisa akses ke http://id.openoffice.org/

Untuk menyusun laporan ataupun membuat tulisan, kita tidak harus lagi tergantung dengan aplikasi Microsoft Word, karena di Open Office sudah terdapat aplikasi pengolah kata yang sangat handal bernama OO Writer. Tulisan ini juga dibuat dengan menggunakan OO Writer sebagai aplikasi pengolah kata.
Bila kita diperhadapkan pada tugas-tugas yang berkaitan dengan pengolahan laporan keuangan sederhana maupun tabel-tabel, kita dapat memanfaatkan OO Calc. Dan untuk menangani kebutuhan dalam menyusun slide presentasi, kita dapat menggunakan OO Impress.

Yang seringkali menjadi kekhawatiran berikutnya adalah, apakah dokumen yang dibuat dengan aplikasi Open Office ini dapat dibuka di aplikasi prorietary seperti Microsot Office?
Jawabannya adalah bisa. Dengan menggunakan Open Office kita memiliki lebih banyak pilihan dalam hal fomat dokumen yang akan kita simpan tida seperti aplikasi office prorietary seperti Microsoft Office yang mengharuskan untuk menyimpan dokumen yang kita buat dalam format tertentu (seperti *.doc, *.xls, *.ppt)

Jenis aplikasi kedua yang paling banyak digunakan selain aplikasi office adalah aplikasi web browser yang biasa digunakan untuk melakukan surfing di Internet. Bagi sebagian besar pengguna sistem operasi Windows tentunya sudah tidak asing lagi dengan Internet Explorer sebagai aplikasi untuk berselancar di dunia maya. Sebenarnya kita dapat mulai menggantikan penggunaan Internet Explorer sebagai web browser dengan Mozilla FireFox. Sebagai salah satu aplikasi berbasis open source yang bersifat free, Mozilla FireFox menawarkan kehandalan dan keamanan yang jauh lebih baik bila dibandingkan dengan web browser lainnya yang bersifat tertutup. Begitu ditemukan suatu lubang keamanan dalam web browser ini, maka dalam waktu yang tidak lama, komunitas open source khususnya para pengguna dan pengembang Mozilla FireFox sudah langsung berberak dan mengerjakan perbaikan-perbaikan pada aplikasi ini. Hal ini menjadikan Mozilla FireFox sebagai aplikasi web browser yang tangguh dalam hal keamanan maupun kinerja. Aplikasi ini bisa didownload secara gratis di http://www.mozilla.org/

Sebagai penutup untuk tulisan ini, penulis hanya ingin menghimbau para pembaca sekalian untuk mulai meninggalkan penggunaan software-software bajakan. Tidak bisa dipungkiri memang kita memiliki ketergantungan pada software-software prorietary yang kita sendiri seringkali belum mampu untuk membelinya. Oleh karenanya marilah kita memulai upaya pemberantasan penggunaan software bajakan tidak selalu dengan serta merta langsung berganti sistem operasi open source, tapi bisa juga dengan memulai untuk terbiasa menggunakan aplikasi-aplikasi alternatif yang bersifat open source. Seperti disebutkan di atas, kita dapat memulai langkah kecil kita dengan menggunakan Open Office sebagai aplikasi office dan menggunakan Mozilla FireFox sebagai aplikasi web browser. Semoga langkah kecil kita bisa membantu memperbaiki citra Bangsa kita.

Setia Budi, S.Kom
Dosen Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Maranatha
Bandung

5 comments:

Philoholic said...

Mas-mas, kalo gak ada software bajakan sptnya cuma mas sendiri deh yg pintar make komputer

Unknown said...

kalo blh saran ni bos, bikin aja dual/multiple booting komputernya, jadi bisa install windows ame linux/ubuntu, jadi sambil belajar linux/ubuntu bsa ttp pake windows. tapi mape skrg saya masih senangan windows sih. saya stuju perangi pembajakan, (software saya sebagian kaya windows, office, dan antivirus asli lho, sisanya campur sari he..he.. bertahap) krena kita hrus mnghargai hasil karya orang (software/lagu/film dsb) dg membelinya. kan kesian uda cape2 bkin software bwt nyari makan lalu dibajak. tapi emg dasarnya org mo enaknya doang. mo beli komputer jutaan (hardware) tpi ga mo bli software. tpi emg ada software yg kterlaluan mhlnya kya autocad (40 juta), mana kuat. gmana ga dibajak. jadi produsen/vendor software juga harus tahu diri kalo bkin harga. klo harganya wajar (ratusan ribu s/d 1-2 juta an) kaya windows os 9di indonesia uda didumping harganya), saya kira msyarakat indonesia trutama yg udah mulai educated lebih senang beli yang asli (worthed dan ngerasa ga rugi).sisanya baru deh hidup freeware dan opensource. sukses ya semuanya...

Video Lucu said...

Salah satu cara memerangi sih dengan melaporkan. Coba deh lihat video pendek yang lucu ini http://www.youtube.com/watch?v=sdxbnU9hU9I

Anonymous said...

mas saya minta ijin mencantumkan pemikiran mas ini di makalah saya ya. tapi saya tetap mencantumkan alamat blog mas di daftar pustakanya.
itupun kalo mas bersedia.
sekali lagi ini karena HAKI. mas nulis ini kan juga termasuk kekayaan intelektual.heheh

boedybios said...

Silakan saja :) Materi ini saya post di blog memang untuk dikonsumsi secara luas :)