Manusia hyper active kayak aku ini memang benar-benar mati kutu kalau sudah harus mondok di rumah sakit. Mau beraktifitas jadi repot karena adanya aksesoris berupa selang infusan yang menempel di tangan kananku. Kalo banyak gerak ntar malah darahku merambat naik ke atas. Hhhiii seremm... Mau kencing aja repot. Harus usung-usung tiang penyangga ampul infus setiap kali masuk toilet.
Untunglah aku membawa sebuah buku anyar karya Butet Kartaredjasa yang berjudul Presiden Guyonan yang sempat aku beli di toko buku Gramedia di Bulan Desember lalu. Selama dua hari aku dirawat di rumah sakit, aku mengisi waktuku dengan menikmati lembaran demi lembaran yang padat berisi dengan gagasan, kritik, dan opini seputar politik dan kehidupan berbangsa yang dikemas sedemikian rupa sehinga sebuah peristiwa bisa dilihat dan dinikmati dari persepsi yang berbeda dari biasanya :)
Di sini hadir seorang tokoh bernama Mas Celathu yang penuh dengan ide-ide segar namun acapkali juga konyol dalam menanggapi permasalahan-permasalahan yang muncul selama era yang berlabel era reformasi di Negara Indonesia tercinta ini.
Terima kasih Mas Celathu karena telah menemaniku sehingga masa-masa membosankan selama dirawat di rumah sakit menjadi moment penyegaran dan pencerahan bagiku untuk kembali mengasah daya kritis dan selera humorku :) Aku juga jadi makin menyadari bahwa ternyata selama ini memang kebiasaan membacaku sudah jauh menurun dibanding sewaktu aku masih menjadi mahasiswa dulu di mana hampir setiap jenis buku mulai dari novel sastra sampai buku-buku filsafat dan psikologi praktis selalu habis kulahap. Memang rasanya sudah saatnya juga bagiku untuk kembali menata ulang waktu dan jadwalku sehingga bisa kusisipkan kembali hobi bacaku yang sebenarnya memang sangat bermanfaat sekali bagi peningkatan daya kreasi dan daya kritisku.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment