Memahami White Balance

|

White Balance merupakan salah satu unsur dalam fotografi yang berperan dalam memberikan suatu nuansa tertentu pada hasil eksekusi pemotretan.
White balance berbicara mengenai pengaturan suhu warna atau sering juga dikenal dengan istilah color temperature.
Satuan yang digunakan dalam suhu warna di sini adalah Kelvin.
Semakain tinggi suhu warnanya (kelvin semakin besar) akan menghasilkan nuansa yang semakin dingin dan warna yang dihasilkan akan semakin biru.
Demikian sebaliknya, semakin rendah suhu warnanya (kelvin semakin kecil) akan menghasilkan nuansa yang semakin panas dan warna yang dihasilkan akan semakin orange/merah.
Contoh sederhananya semacam ini. Misalkan kita akan melakukan pemotretan pada suatu lokasi tertentu. Dan dari hasil pengukuran kita mendapati suhu warna pada lokasi tersebut adalah 5000 kelvin.
Dalam kondisi demikian bila kita melakukan pengaturan white balance pada kamera dengan suhu warna yang sama (5000 kelvin), maka kita akan menghasilkan foto dengan kondisi warna yang normal.
Normal di sini berarti warna merah akan nampak merah, warna putih akan nampak putih, demikian juga warna-warna lainnya akan nampak sebagaimana aslinya.
Tetapi bila dalam kondisi yang sama kita melakukan pengaturan white balance pada kamera dengan suhu warna yang lebih rendah (misalkan 2000 kelvin), maka akan dihasilkan foto bernuansa dingin dengan warna ke arah biru.
Bagaimana ini bisa terjadi? Ini dikarenakan kamera kita memandang kondisi yang ada dengan suhu warna yang lebih panas (2000 kelvin) dari suhu warna yang ada (5000 kelvin), akibatnya kamera kita akan menilai bahwa kondisi yang akan kita foto bernuansa dingin.
Demikian sebaliknya bila dalam kondisi yang sama kita melakukan pengaturan white balance pada kamera dengan suhu warna yang lebih tinggi (misalkan 7000 kelvin), maka akan dihasilkan foto bernuansa hangat/panas dengan warna ke arah orange/merah.
Bagaimana ini bisa terjadi? Ini dikarenakan kamera kita memandang kondisi yang ada dengan suhu warna yang lebih dingin (7000 kelvin) dari suhu warna yang ada (5000 kelvin), akibatnya kamera kita akan menilai bahwa kondisi yang akan kita foto bernuansa hangat/panas.
Dalam sebuah kamera juga dilengkapi dengan pilihan setting auto white balance atau yang dikenal dengan istilah AWB.
Pilihan setting ini akan menjadikan kamera kita selalu menggunakan pengaturan white balance dengan suhu warna yang sama dengan suhu warna pada lokasi pemotretan.
Bila kita ingin melakukan pemotretan dengan kondisi warna normal, maka pilihan setting AWB adalah pilihan yang tepat.
Tetapi bila kita ingin menghasilkan suatu foto dengan nuansa hangat atau dingin, maka kita harus melakukan pengaturan white balance secara manual.
Semoga tulisan ini dapat membantu dalam memahami white balance dan pengaturan suhu warna.
Selamat belajar dan tetap memotret :)

2012 Film Sesat???

|

"2012 adalah film sesat!!!"
Mendengar pernyataan semacam itu aku hanya bisa bilang ck.. ck.. ck.. ck.. sambil geleng-geleng kepala dan sesekali menggaruk-garuk kepalaku sembari mulutku terbuka lebar dengan pandangan kosong layaknya orang dungu yang tak lagi bisa berpikir.
Selepas itu aku hanya bisa tertawa. Hua hua hua hua...
Aku benar-benar gak ngerti dengan pola pikir orang-orang yang membuat dan menyetujui pernyataan semacam itu.
Jelas-jelas "2012" merupakan sebuah film fiksi. Dan layaknya sebuah karya fiksi, cerita yang dituturkan di dalamnya merupakan hasil imajinasi dari si penulis.
Karya fiksi tidaklah sama dengan karya ilmiah, karena pada karya fiksi tidak didasarkan pada analisis maupun pembuktian suatu fakta dan dalil-dalil terttentu.
Lalu di mana letak kesesatannya? Apakah suatu karya fiksi memang sesat?
Lalu lebih sesat mana dengan seorang peramal yang mencoba meramalkan suatu hari kiamat?
Jelas-jelas sebuah ramalan tidak dapat dikategorikan sebagai karya fiksi, tetapi juga tidak dapat dikategorikan sebagai karya ilmiah.
Namun mengapa tidak ada seorang pun yang mengecam dan menyuarakan "sesat" terhadap suatu ramalan?

Pengenalan Exposure

|

Exposure merupakan salah satu bagian kunci dari fotografi dasar.
Exposure berbicara seputar pengaturan pencahayaan pada sebuah kamera yang terdiri dari tiga komponen, yaitu
1. Shutter Speed
2. Apperture
3. ISO
Mari kita pelajari sedikit lebih jauh tentang ketiganya.

Shutter Speed atau dikenal juga dengan kecepatan bukaan rana merupakan pengaturan seberapa lama (durasi waktu) suatu rana dibuka.
Satuan yang biasa digunakan adalah 1/detik atau detik. Misalkan saja shutter speed diatur pada kecepatan 1/60 ini berarti rana akan dibuka selama 1/60 detik dan kemudian menutup kembali.
Lalu apa efek dari durasi pembukaan rana ini?
Semakin lama rana membuka maka semakin banyak jumlah cahaya yang masuk ke sensor. Demikian juga sebaliknya, semakin cepat rana dibuka maka semakin sedikit pula cahaya yang masuk ke sensor.
Dalam kondisi ruangan yang terang akan sangat memungkinkan bagi kita untuk menggunakan kecepatan tinggi sedangkan dalam kondisi ruangan yang kurang pencahayaan kita butuh untuk memperlama bukaan rana kita agar sensor mendapat cukup cahaya untuk menghasilkan gambar yang kita inginkan.
Dengan kecepatan bukaan rana yang tinggi, kita dapat menghasilkan efek freeze atau efek membekukan. Misalkan saja kita ingin merekam butiran-butiran tetesan air, maka kita perlu mengatur bukaan rana pada kecepatan yang tinggi.
Deangan kecepatan bukaan rana yang rendah kita bisa menghasilkan efek penghalusan aliran air. Misalkan kita ingin merekan air terjun tetapi dengan kondisi aliran air nampak sehalus kapas. Nah di sini kita butuh melakukan perekaman dengan kecepatan rendah semisal 2 detik.
Kecepatan bukaan rana yang rendah menuntut kita untuk menggunakan tripod sewaktu melakukan pemotretan.
Bila kita menggunakan kecepatan yang rendah dam kamera ditopang oleh tangan, maka akan menghasilkan foto yang shaking.

Apperture atau dikenal juga dengan lebar bukaan diafragma merupakan pengaturan seberapa besar diafragma pada lensa akan membuka.
Satuan yang biasa digunakan adalah f stop. Yang perlu diperhatikan di sini adalah besarnya f akan berbanding terbalik dengan ukuran bukaan difragma.
Semakin tinggi f maka bukaan diafragma akan semakin kecil dan semakin kecil f, maka ukuran bukaan diafragmanya semakin besar.
f 1.8 akan menghasilkan bukaan diafragma lebih besar dibanding f 22.
Dalam kondisi ruangan dengan pencahayaan yang terang kita dapat menggunakan bukaan diafragma kecil (memperbesar f).
Demikian sebaliknya, dalam kondisi ruangan dengan pencahayaan yang kurang, kita dapat memperbesar ukuran bukaan diafragma (memperkecil f) sehingga dapat memperbanyak jumlah cahaya yang masuk.
Bukaan difragma juga akan terkait dengan Deep Of Filed (DOF) atau yang dikenal juga dengan istilah ruang tajam.
Semakin besar bukaan diafragma akan menghasilkan ruang tajam yang makin sempit dan sebaliknya, semakin kecil bukan diafragma akan menghasilkan ruang tajam yang makin lebar.
Ruang tajam yang semmpit biasa digunakan untuk pemotretan model di mana si model akan dipisahkan dengan background dan foregroundnya.
Dengan menempatkan titik fokus pada si model dan dengan mengatur bukaan diafragma besar maka backgrond dan foreground dari si model akan nampak blur sedangkan model akan nampak tajam.
Efek semacam ini sering dikenal dengan istilah "bokeh".

ISO atau dikenal juga dengan kepekaan sensor merupakan pengaturan seberapa tinggi tingkat kepekaan sensor terhadap cahaya.
Semakin tinggi ISO, maka tingkat kepekaan sensor terhadap cahaya pun akan semakin tinggi. Dan semakin kecil ISO, maka tingkat kepekaan sensor terhadap cahaya akan semakin rendah.
Dalam kondiri ruangan dengan pencahayaan yang terang, kita dapat menggunakan ISO rendah. Sedangkan dalam ruangan dengan kondisi pencahayaan yang minim kita dapat menaikkan ISO.
Berkenaan dengan ISO, ada hal yang perlu diperhatikan. Penggunaan ISO yang tinggi akan membawa konsekuensi pada munculnya noise pada foto yang dihasilkan.
Noise di sini berupa bintik-bintik yang terdapat pada foto atau sering juga dikenal dengan istilah grainny.

Kesimpulan:
Pada dasarnya exposure berbicara tentang pengaturan pencahayaan pada kamera. Di saat kita melakukan pemotretan dengan kondisi pencahayaan ruangan yang kurang, kita dihadapkan pada tiga pilihan, yaitu:
1. Menurunkan kecepatan dengan konsekuensi hasil foto rentan terhadap shaking.
2. Memperlebar bukaan diafragma dengan konsekuensi mempersempit ruang tajam, atau
3. Mempertinggi ISO dengan konsekuensi munculnya noise pada hasil foto.
Pertanyaan berikutnya yang mungkin muncul adalah "Lalu pilihan mana yang terbaik?"
Jawabannya sederhana, "Manakah dari ketiga hal tersebut yang berharga untuk dipertahankan dan mana yang cukup layak untuk dikorbankan?" :)

Semoga tulisan ini dapat membantu Anda dalam memahami exposure sebagai salah satu dasar dalam dunia fotografi.

Nulis Lagi Yuukkkk

|

Duh dah lama juga blog ku yang satu ini gak keurus (dan blog2ku yang lain juga). Hayu nilis lagi yukkk..... Hhhmm nulis apa ya??? Tutorial gitu? Ok3... ntar malam dech aku coba nulis tutorial seputar dasar fotografi :) kebetulan lagi seneng fotografi nich. Ntar juga mau nulis tutorial seputar Cake PHP Franework. Dulu sempat nulis sich tapi gak lanjut lagi :p Semangattt ah sekarang mah :)

2012

|

Beneran gak sich 2012 tuh bakal kiamat???
Pertanyaan seperti ini makin marak ditemui. Ditambah lagi dengan kemunculan sebuah film layar lebar berjudul 2012 yang mengangkat tema kiamat. Tahun 2012 diyakini sebagai tutup tahun berdasarkan perhitungan kalender bangsa Aztec. Dan nampaknya ini pun didukung dengan fakta2 seputar fenomena alam yang terjadi akhir-akhir ini. Lalu bagaimana dengan kiamat menurut sudut pandang seorang Boedy? Buat aku sich ya biasa aja. Lha wong kiamatnya juga rame2 kok, jadi apa yang mesti dipusingkan? Dari pada yang lain pada kiamat dan kita ditinggal hidup sendirian, bukankah itu lebih menyeramkan dari kiamat?