Re Install My Notebook Again

|

Salah satu hal paling menyebalkan ketika menggunakan OS Windows adalah rentan terinfeksi virus. Ggggrr... sebel juga padahal antivirusnya sudah rutin aku update :(
Kali ini aku mencoba antivirus yang lain "Avast" dan akan rutin juga aku update tiap hari. Semoga saja antivirus yang satu ini bisa memberikan jaminan keamanan yang lebih baik. Ada juga sich alternatif lainnya, yaitu mengunakan Kaspersky tetapi harus berbayar. Kalau kepepet dah baru aku beli licensenya Kaspersky. Untuk saat ini aku coba bertahan dengan antivirus yang free dulu.

My GMail

|

Karena keterbatasan kapasitas dari account email di kantor, akhirnya aku memutuskan untuk memberdayakan account gmail ku. Setiap email yang ditujukan ke email kantor langsung aku pop ke account gmail ku. Dengan demikian email kantor tidak akan pernah penuh dan tidak ada pesan email yang harus direject oleh mail server kantorku :)
Aplikasi web mail pada gmail memang sangat nyaman digunakan. Selain kapasitas email yang besar, gmail juga memiliki beberapa fitur yang menarik.
Salah satunya adalah fitur mail filter and labeling. Agak berbeda dengan aplikasi email lainnya yang lebih banyak menerapkan sistem mail filter and remove to folder. Gmail tidak melakukan remove email terfilter pada suatu folder khusus melainkan email yang sudah terfilter berdasar kriteria tertentu akan diberi label yang kita tentukan sendiri. Mekanisme seperti ini sangat menguntungkan karena sebuah email bisa saja dikenakan lebih dari satu label :)
Oh ya, aku juga masih tetap dapat menggunakan alamat email kantor walau menggunakan SMTP Server milik gmail :)

Lost - TV Series

|

Lost, itu adalah judul TV series yang mulai aku ikuti baru-baru ini. Kisahnya sangat menarik dan sarat pesan moral di dalamnya. Di sana dikisahkan sekumpulan orang yang mengalami kecelakaan pesawat udara dan mengharuskan mereka terdampat di suatu pulau misterius. Di dalam pulau tersebut mereka hidup bersama dan juga bersama membagi hidup. Di setiap episodenya selalu dikisahkan bahwa setiap orang memiliki latar belakang dan kisah hidupnya masing-masing dan itu menentukan prinsip serta nilai-nilai hidup yang mereka pegang di masa yang akan datang. Dalam keadaan terdampar bersama tersebut mereka harus menghadapi berbagai kondisi. Kadang ada kondisi saling curiga, kadang saling berbagi dan saling cinta, saling bergantung, kerja sama tim, sikap ego, pilihan antara kejujuran dan kebohongan, dan banyak polemik-polemik menarik lainnya yang hadir di setiap episodenya :)

Lost termasuk salah satu TV series yang aku rekomendasikan untuk ditonton :)

The Word of Wallt Disney

|

Walt Disney said:
"Around here, however, we don't look backward for very long.
We keep moving forward, opening up new doors and doing new things, because we're curious...
And curiosity keeps leading us down new paths."

Dalam rangka mengenang pesan hidup tersebut, maka Walt Disney Pictures menggarap sebuah karya berjudul Meet The Robinsons. Sebuah film animasi kaya makna dengan mengusung motto "Keep Moving Forward" :)

Dualisme Perspektif Jabatan

|

Menjelang moment yang sering disebut sebagai pesta demokrasi (tetapi acap kali lebih layak disebut pesta democrazy), di sepanjang jalan dan di banyak media mulai marak dipadati beraneka macam atribut dengan berbagai warna-warna mencolok. Banyak golongan berjuang mati-matian untuk merebut simpati rakyat sehingga dirinya atau golongannya bisa beroleh dukungan suara untuk dapat menduduki suatu porsi jabatan tertentu. Ha3.. kondisi yang nampaknya memang banyak muncul dan ditemui bukan hanya di arena politik melainkan juga di lingkungan kerja, lingkungan organisasi, dan komunitas-komunitas lainnya.

Aku jadi teringat sebuah pesan / pernyataan dari seseorang yang pernah aku temui dalam hidupku ketika masih duduk di bangku kuliah dulu. Beliau pernah berkata bahwa ada dua cara untuk melihat karakter seseorang yang sebenarnya. Cara pertama adalah dengan memeberikan tekanan atau preasure pada hidupnya. Cara ini biasa dilakukan oleh beberapa pusat-pusat pelatihan manajemen ketika menyelenggarakan pelatihan berkaitan dengan tim building atau kepemimpinan. Cara yang kedua adalah dengan memberikan jabatan tertentu pada seseorang. Nah cara kedua inilah yang aku rasa sangat unik. Menurut beliau ketika seseorang diberi jabatan atau kekuasaan, seseorang seolah diberi penguat / booster terhadap karakter aslinya. Kita sebagai orang luar yang peka akan dapat melihat karakter-karakter dominan dari orang tersebut. Seseorang yang rakus tentunya akan menjadi semakin rakus setelah menjabat. Demikian juga seseorang yang malas akan berlarut dalam kemalasannya. Yang kejam akan menjadi makin bengis dan melampiaskan kebengisannya untuk memuaskan dendam kesumat yang membara sekian lama dalam hatinya. Yang apatis juga akan menjadi makin mati rasa dan tidak peduli, yang dipikirkannya hanyalah tunjangan jabatan yang bisa makin menggemukkan pundi-pundinya. Tetapi tidak berarti suatu jabatan berdampak buruk. Di tangan seseorang yang memang memiliki kamampuan manajerial yang baik, suatu jabatan justru akan semakin megembangkan dirinya dan organisasi yang dikelolanya. Seseorang yang penuh taggung jawab dan kasih tentunya juga akan selalu berdialog dengan hati nuraninya setiap kali akan mengambil suatu kebijakan tertentu. Orientasi dari orang-orang semacam ini ketika menjabat bukanlah karena tunjangan jabatan yang diharapkannya setiap periode guna meningkatkan nominal saldo depositonya. He3.. aku jadi terkenang pada pesan Uncle Ben nya Peter Parker dalam kisah Spiderman. Di balik kekuatan yang besar terdapat tanggung jawab yang besar juga :)

Berbicara tentang jabatan, aku juga jadi teringat dengan pernyataan salah satu rekan kerjaku. Beliau adalah orang yang sangat aku hormati karena aku melihat dedikasi dan totalitasnya yang luar biasa dalam pekerjaannya. Beliau pernah mengatakan kepadaku bahwa ada dua persepsi yang bisa diambil oleh seseorang ketika seseorang menjabat suatu jabatan tertentu. Ada beberapa orang yang memandangnya sebagai menduduki jabatan. Tetapi ada juga yang memandang dan menjalaninya sebagai memangku jabatan. He3... sangat menarik sekali pernayataan pencerah yang kudapat ini :)

Untuk saat ini, dalam lingkungan kerjaku mengharuskan aku untuk menjabat sebagai seorang sekretaris jurusan. He3.. aku jadi menanyakan kembali pada diriku sendiri. Perspektif manakah yang aku miliki selama menjabat? Apakah aku sedang menduduki jabatan? Ataukah aku sedang memangku jabatan?
Kiranya Tuhan membimbing diriku melalui hati nuraniku agar proses menjabat yang sedang aku jalani ini makin mendewasakan dan mennyempurnakan proses evolusi diriku sebagai seorang makhluk ilahi dan bukannya malah menjerumuskan aku menjadi sesosok makhluk bengis yang penuh kenajisan.

Terima Kasih Mas Celathu

|

Manusia hyper active kayak aku ini memang benar-benar mati kutu kalau sudah harus mondok di rumah sakit. Mau beraktifitas jadi repot karena adanya aksesoris berupa selang infusan yang menempel di tangan kananku. Kalo banyak gerak ntar malah darahku merambat naik ke atas. Hhhiii seremm... Mau kencing aja repot. Harus usung-usung tiang penyangga ampul infus setiap kali masuk toilet.

Untunglah aku membawa sebuah buku anyar karya Butet Kartaredjasa yang berjudul Presiden Guyonan yang sempat aku beli di toko buku Gramedia di Bulan Desember lalu. Selama dua hari aku dirawat di rumah sakit, aku mengisi waktuku dengan menikmati lembaran demi lembaran yang padat berisi dengan gagasan, kritik, dan opini seputar politik dan kehidupan berbangsa yang dikemas sedemikian rupa sehinga sebuah peristiwa bisa dilihat dan dinikmati dari persepsi yang berbeda dari biasanya :)

Di sini hadir seorang tokoh bernama Mas Celathu yang penuh dengan ide-ide segar namun acapkali juga konyol dalam menanggapi permasalahan-permasalahan yang muncul selama era yang berlabel era reformasi di Negara Indonesia tercinta ini.

Terima kasih Mas Celathu karena telah menemaniku sehingga masa-masa membosankan selama dirawat di rumah sakit menjadi moment penyegaran dan pencerahan bagiku untuk kembali mengasah daya kritis dan selera humorku :) Aku juga jadi makin menyadari bahwa ternyata selama ini memang kebiasaan membacaku sudah jauh menurun dibanding sewaktu aku masih menjadi mahasiswa dulu di mana hampir setiap jenis buku mulai dari novel sastra sampai buku-buku filsafat dan psikologi praktis selalu habis kulahap. Memang rasanya sudah saatnya juga bagiku untuk kembali menata ulang waktu dan jadwalku sehingga bisa kusisipkan kembali hobi bacaku yang sebenarnya memang sangat bermanfaat sekali bagi peningkatan daya kreasi dan daya kritisku.

My Journey to Hospital

|

Setelah mencoba bergelut dengan demam tinggi selama tujuh hari akhirnya aku menyerah juga pada rasa panikku dan memutuskan untuk rawat inap di rumah sakit. Thanks untuk Timo dan Bu Saron yang terpaksa jadi ikut repot mengantar aku ke rumah sakit. I really appreciate it friends. Ternyata prosedur rawat inap di tempatku bekerja lumayan ribet. Pertama-tama aku harus ke poliklinik untuk mendapatkan persetujuan dokter bahwa aku memang harus rawat inap. Untungnya dokter jaga saat itu sangat kooperatif. Ketika aku memintanya untuk merujuk diriku dirawat inap mengingat demamku yang sudah memasuki hari ketujuh beliau langsung menyetujui. Menurutnya pasien memang lebih mengetahui tentang batasan kondisi tubuhnya daripada dokter. Setelah mendapat surat rujukan aku langsung menuju front office poliklinik untuk mendapatkan stempel legalisir. Setelah mendapatkan stempel aku masih harus menuju ruang SDM yang berada di gedung berbeda untuk mendapat persetujuan dari bagian SDM. He3.. memang unik sekali prosedurnya. Sewaktu menjalani prosedur tersebut aku sempat rodo dongkol. Mosok sich orang sudah sempoyongan tapi masih harus diminta puter-puter hanya untuk dapet persetujuan agar layak mendapat jatah rawat inap. Apakah wajah yang pucat pasi masih belum bisa menjamin bahwa seseorang tersebut dalam kondisi semaput dan butuh untuk segera dirawat? Tetapi setelah melewati semua itu aku malah bisa tertawa geli membayangkan pola pikir dari orang-orang yang sudah menyusun sistem semacam ini. Ha3.. sepertinya selain mereka berperan sebagai perancang sistem, mereka juga agaknya berbakat jadi komediwan dan komediwati. Ha3.. nyatanya saat ini mereka bisa membuat aku tertawa geli ketika mencoba mengingat kembali detik-detik sewaktu aku menjalani prosedur yang telah mereka susun :D

Setelah masalah prosedural beres, berikutnya aku langsung diantar oleh Bu Saron menuju RS Imanuel. Timo sudah lebih dahulu sampai di sana dan mencoba meregistrasikan diriku. Tetapi dalam perjalanan ke sana, aku mendapat kabar dari Timo bahwa kamar di RS Imanuel sudah penuh. Dan ketika aku sampai di sana bersama Bu Saron pun kondisinya masih sama. Semua kamar penuh, yup penuh dengan pasien Demam Bedarah. Kalau demikian maka mau tak mau harus mencoba mencari alternatif rumah sakit yang lain. Timo mencoba menghubungi rumah sakit Boromeus dan Advent. Tetapi kedua rumah sakit itu pun penuh dipadati oleh pasien. Memang nampaknya seluruh rumah sakit di seluruh Bandung Raya ini sedang padat mas. Sejak akhir tahun lalu sampai dengan penghujung tahun baru ini memang sedang mewabah penyakit Demam Bedarah. Demikian informasi yang sampat kami dengar dari beberapa staff RS Imanuel. RS Sentosa yang bisa dibilang RS kelas elit pun sempat kami hubungi dan mengalami kondisi yang sama, penuh dengan pasien. Ibu Saron malah menawarkan aku agar dirawat di rumahnya. Tenang ae Bud, adikku khan dokter jadi isa terpantau juga. Demikian ujar Bu Saron. Tetapi aku tetap menolak. Gak kepenak Bu. Aku memang berprinsip agar sebisa mungkin gak mau ngerepotin orang lain. Ini ae aku udah ngerasa gak kepenak gara-gara sudah bikin repot Timo dan Bu Saron. Sembari bingung mencari-cari solusi, akhirnya Bu Saron teringat akan rumah sakit di daerah Kota Baru Parahyangan, Rumah Sakit Cahya Kawaluyan namanya. Akhirnya setelah kami hubungi ternyata masih ada kamar yang tersedia. Lalu langsung saja aku tanya harganya, maklum saja ada ketentuan bahwa biaya inap di rumah sakit yang diijinkan harus setara dengan biaya inap rumah sakit rujukan resmi dari kantorku, yaitu RS Imanuel. Untungnya biaya rawat per harinya sama. Fuiihhh thanks God...

Langsung saja aku dan Bu Saron bergegas menuju rumah sakit tersebut. Hanya saja kali ini Timo tidak turut mengantar karena ternyata ada ujian yang harus diikuti. Thanks a lot bro atas bantuannya. Maaf kalau sampai merepotkan dan menggangu waktu persiapan mengikuti ujian.

Sesampainya di rumah sakit, bagian yang aku benci pun harus kembali aku hadapi. Jarum suntik mau tak mau mulai menghadang. Jarum pertama adalah jarum untuk mengambil sampel darah. Belum selesai rasa sakit dari jarum pertama, jarum kedua pun menyusul. Yup jarum untuk menghubungkan selang cairan infus. Untuk jarum kedua ini aku harus menuju toilet dulu guna sedikit menenangkan diriku. Aaauuuwww.... ini yang bener-bener sakitnya gak ketulungan. Sampe detik ini pun ketika aku mulai menggunakan jari jemariku untuk mengetik kisah ini dalam blog, rasa sakitnya masih terasa.

Demikianlah perjalan panjangku menuju rumah sakit yang nampaknya memang perlu aku dokumentasikan sebagai penggalan kisah hidupku yang bisa dikenang suatu saat nanti :)
Untuk Bu Saron dan Timo, thanks a lot friends for all of your kindness.