Punklich Bitte!!!!

|

Siang hari ini darah Hulk ku kembali mengalir deras. Gggrr....
Hari ini tepat pukul 11:00 aku sudah merencanakan untuk melakukan rapat kordinasi dengan beberapa mahasiswa. Pengumuman berkenaan dengan rapat ini sudah aku publikasikan sejak 10 hari yang lalu. Tetapi hingga 25 menit lewat baru ada satu orang yang muncul. Apakah memang sudah menjadi suatu budaya untuk hadir telat? Lalu apa peranan dari penunjuk waktu? Dan apa pula fungsi dari suatu time schedule bila memang tidak untuk dijalankan? Atau apakah memang kebiasaan dan budaya tepat waktu memang sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan?
Be on time please!!!! Punklich bitte!!!
Bahkan lewat 40 menit pun rapat belum bisa dimulai karena memang membutuhkan kehadiran orang-orag kunci yang tek kunjung hadir. Tidak bisakah kita menghargai suatu termin yang memang sudah ditetapkan? Tidak bisakah kita untuk saling menghargai waktu orang lain dengan menghadiri suatu pertemuan tepat pada waktunya?

Repotnya Plotting Jadwal Mengajar

|

Duhhh repotnya melakukan plotting jadwal mengajar. Ini semalaman melakukan plotting jadwal mengajar untuk kelas Dual Degree tetapi belum rampung juga :( Kendala utamanya adalah beban mengajar dosen-dosen yang sudah dangat overload.
Buset dah, aku saja hampir-hampir harus mengajar 4 kelas dalam 1 hari. Fuiihh ini benar-benar tidak efisien. Pulang ngajar bisa langsung terkapar nantinya. Bener dech salah satu job desc ku sebagai seorang sekretaris jurusan yang kadang menyenangkan tetapi acapkali menyebalkan adalah melakukan plotting jadwal mengajar. Banyak sekali constraint nya, harus mencocokkan jadwal pegajar, jadwal mehasiswa dalam 1 angkatan, dan juga jadwal ketersediaan ruangan. Apalagi kalau ruangnya khusus dan terbatas seperti ruangan lab. Waakkkk rasanya mau pecah dech kepala ku. Streezzz.. berattt....

catatan: tulisan ini ditulis dalam kondisi strezzz beratttzzzzz

Peran dan Tanggung Jawab Media Televisi

|

Beberapa hari terakhir ini amat marak sekali opini-opini yang muncul pada Harian Kompas bertajuk dampak penyiaran acara yang mengekspose sisi kekerasan terhadap meningkatnya angka kriminalitas di Indonesia. Data statistik menunjukkan bahwa kasus-kasus mutilasi yang terjadi ternyata juga diinspirasi oleh kasus-kasus mutilasi yang pernah terjadi sebelumnya dan disiarkan secara gamblang dan detail oleh media televisi. Tidak dapat dipungkiri memang program-program acara bertemakan kejahatan telah menjadi salah satu program acara televisi dengan rating tertinggi. Berita kejahatan sudah menjadi lahan basah yang dipandang layak oleh sebagaian media televisi di Indonesia untuk dijadikan komoditi bisnis tersendiri. Suatu proses kejahatan bahkan digambarkan dengan sangat detail sekali termasuk ditayang pula adegan-adegan reka ulangnya dengan dalih sebagai media pemberitaan mereka berkewajiban untuk menampilkan fakta secara apa adanya. Dalam hal ini mereka tidak memperhatikan apakah dampak yang dapat muncul dari penyampaian fakta tersebut. Suatu fakta itu seperti pedang bermata dua. Bila suatu fakta disajikan kepada penerima yang tepat dan pada waktu yang tepat, maka suatu fakta dapat menghasilkan nilai makna yang sangat positif / konstruktif bagi penerimanya. Tetapi sebaliknya, bila suatu fakta harus disajikan kepada penerima yang tidak tepat atau pada waktu yang tidak tepat, maka suatu fakta malah akan menghasilkan nilai makna yang sangat negatif / destruktif bagi penerimanya. Sebagai contoh, prosesi demo yang intinya adalah penyampaian aspirasi massal kini mulai bergeser maknanya menjadi suatu ajang yang mempertontonkan kemurkaan, kegeraman yang disertai dengan berbagai aksi vandalisme. Masyarakat serasa menjadi latah ketika melakuan suatu aksi demo yang selalu disertai dengan aksi menggoyang-goyang dan merusak pagar pembatas, melempar batu, membakar ban mobil, dan beberapa aksi anarkis lainnya. Perilaku-perilaku tersebut seolah sudah menjadi suatu point-point wajib yang dilakukan setiap kali menggelar suatu aksi demonstrasi.Dalam hal ini seharusnya media televisi menyadari tentang konteks dan kondisi serta situasi dari pemirsa yang mengkonsumsi program acara mereka. Mempertontonkan aksi-aksi kejahatan dan kekerasan kepada masyarakat Indonesia yang saat ini sedang mengalami krisis multi dimensi sangatlah riskan. Msyarakat kita saat ini sedang mengalami krisis tidak hanya krisis ekonomi tetapi juga krisis pendidikan, dan juga krisis sosial kultural. Kondisi semacam ini menjadikan seseorang cenderung gamang. Dan bila dalam kondisi gamang ini mereka dihadirkan tontonan yang sarat dengan pesan-pesan kekerasan dan kejahatan, akan sangat mudah sekali bagi mereka untuk menyerap prosesi kejahatan dan aksi kekerasan itu sebagai wadah pembelajaran. Dan ketika mereka diperhadapkan pada kondisi dan situasi yang lebih kurang mirip dengan apa yang pernah mereka tonton, meraka akan sangat mudah sekali untuk melakukan proses imitasi / peniruan terhadap aksi kejahatan dan kekerasan tersebut.
Dalam hal ini media televisi harus benar-benar memahami peran dan tanggung jawab yang diembannya terhadap dampak yang mungkin dihasilkan dari setiap program acara yang disiarkan. Media massa apapun bentuknya itu seharusya memiliki kesadaran yang penuh akan tanggung jawab moralnya dalam turut mendidik bangsa ini agar bangsa ini menjadi bangsa yang cerdas dan bermoral.

I'm Loosing My Learning Skill

|

Damm.. sejak aku memulai karirku sebagai seorang dosen, saat itu juga kemampuanku dalam belajar berangsur-angsur menurun. Dulu sewaktu mahasiswa aku lebih banyak mengisi waktuku dengan mencoba dan mengeksplorasi hal-hal baru, entah itu bahasa pemrograman baru, konfigurasi jaringan yang belum pernah kupelajari, membaca beberapa buku teks, menghadiri seminar dan workshop, serta beberapa aktifitas lainnya yang terus memacu diriku untuk tetap belajar dan mengupgrade kemampuanku. Tetapi sekarang ini aku jadi lebih banyak menghabiskan waktuku untk mengajar dan mengerjakan tugas-tugas administratif harian yang selalu bertumpuk dari hari ke hari :(
Aku merasa mulai kehilangan kemampuan yang dulunya kumiliki, yup kemampuan untuk belajar cepat. Sekarang ini ketika aku harus memulai untuk mempelajari suatu teknologi baru, aku menjadi makin lamban dan tidak secepat dulu. Sedih rasanya. Pastilah ini dikarenakan berkurangnya waktu yang kumiliki untuk bereksplorasi dan belajar. Sedih rasanya :(
Benar-benar di luar dugaanku sebelumnya. Awalnya kupikir dengan menjadi seorang dosen aku akan memiliki lebih banyak waktu untuk memperdalam ilmuku, tetapi nampaknya ini tidak terjadi :(
Gggrrr... geram juga rasanya. Berharap saja suatu saat aku bisa melanjutkan studiku ke Duetschland. Yup negara impianku untuk menimba ilmu. Negara yang memiliki kisah historis yang mengagumkan, negara tempat dihasilkannya temuan-temuan engineering. Aku memang harus tetap terus memotivasi diriku dalam mempelajari gramatik Deutsch dengan sekelumit aturannya yang pelik. Semua itu kulakukan demi mengejar impianku. Semangatt!!!

Bandung yang Dingin

|

Bbbrr... sejak pertengahan bulan lalu hujan mulai mengguyur Kota Bandung. Alhasil mulai dech udara dingin menyelimuti Kota Kembang ini. Bbbrrr.. dingin banget. Terutama ketika pagi hari. He3.. jadi makin enggan rasanya melepas selimutku dan bangkit dari tempat tidurku :p
Oh ya akhir-akhir ini aku jadi makin menyadari pentingnya membaca. Membaca apapun juga, entah itu majalah, berita, maupun novel sangat membantu kita dalam meningkatkan dan menjaga kemampuan verbalik kita. Kondisi ini benar-benar aku rasakan ketika waktu bacaku mulai berkurang maka kemampuan verbalikku juga kian menurun.
Fuiihh.. kesibukkanku memang banyak sekali memakan waktu, termasuk waktu membaca. Dulu membaca adalah hobiku, mulai dari membaca koran (terutama Kompas), novel, dan tentu saja beberapa buku teks perkuliahan.
Sejak jam membacaku berkurang, ketika aku mengajar pun acap kali aku kekurangan kata dan bahkan sesekali tidak jarang juga mengalami kesulitan dalam merangkaikan kata-kata. Wahhh gawat ini, padahal dulu sewaktu aku masih menjadi seorang asisten dosen pun aku tidak pernah yang namanya kekurangan kata dan kesulitan dalam merangkai kata ketika mengajar. Gawat ini gawat...
Rencananya aku mau berkomitmen untuk membaca koran setiap pagi. Setidaknya membaca rubrik opini Kompas.
SEMANGAT!!!!

Meine Schreibenübungen

|

Andreas hat am Wohenende ein Deutschkursbuch gekauft, dann hat er seine Wohnung geputzt. Am Nachmittag hat er gekocht, danach hat er seine Oma um 23.15 vom Bahnhof abgeholt.

Am Samstag habe ich lange geschlafen, dann habe ich Anette am Mittag angerufen, und danach habe ich ein Buch zu Ende gelesen und Tee getrunken.

Am Sonntag habe ich lange gefrüshtückt. Das Essen war lecker, dann habe ich zeitung gelesen. Am Mittag habe ich mit Bello einen Spaziergang gemacht, und danach bin ich am Abend mit Anette ins Kino gegangen.

Am Samstag habe ich eine CISCO Klasse von 13 Uhr bis 16 Uhr unterrichtet, und danach habe ich einige Film DVD gekauft. Am Abend habe ich mit meiner Freunde gegessen, und dann haben wir zusamen Computer Game gespielt. Dann habe ich bis 2 Uhr FilmDVD gesehen, danach habe ich lange geschlafen.

Am Sonntag habe ich einige Computer Bücher in einer Buchandlung gekauft, danach habe ich mit meinen Freunden ein Mittagessen gemacht, und dann habe ich eine Novelle gelesen. Am Abend habe ich einen Test vorbereitet.