Elegy For Kosovo

|

Novel yang sangat menarik.
Karya Ismail Kadare ini dengan sangat berani menyingkapi masalah pluralitas kehidupan beragama serta pandangan yang sempit dari kehidupan beragama itu sendiri.
Untuk setting tempat dan waktu, novel ini mengambil bagian dalam kisah perbutan tanah kosovo oleh negara-negara Balkan dan Turki.
Peperangan ini sebenarnya lebih mengarah ke peperangan atas nama agama.
Dalam kisah elegi ini penulis menampilkan sosok tokoh yang sangat menarik.
Tokoh ini berkebangsaan Turki dan memeluk Islam sebagai agama yang diyakininya.
Namun seiring dengan perjalanan waktu, tokoh ini juga menganut kepercayaan Kristen dan Katolik.
Menarik sekali karena sebelum melakukan sesuatu, tokoh ini berdoa dengan menggunakan tanda salib sesuai dengan tradisi Katolik.
Tapi ia juga tetap melaksanakan ibadah solat 5 waktu.

Tiga agama dalam satu tubuh.
Sayangnya tokoh ini harus menjalani hukuman mati.
Ia mati dengan jalan dibakar hidup-hidup.
Hal ini dikarenakan orang-orang di sekitarnya tidak dapat menerima iman seperti yang dianut oleh tokoh ini.
Sewaktu menjalani proses hukuman mati (dibakar hidup-hidup), banyak orang yang menanti-nanti nama Tuhan yang mana yang akan disebut oleh tokoh ini.
Karena biasanya orang yang mendekati ajal akan menyebut nama Tuhannya.
Tapi tokoh ini tidak menyebut nama salah satu Tuhan pun.
Dia hanya berteriak "NON" yang dalam bahasa Latin berarti "tidak"